Pernahkah Anda mengalami pernapasan lambat atau bertahap? Jika Anda pernah mengalaminya, Anda harus waspada terhadap hipoventilasi. Hipoventilasi mengacu pada gangguan pernapasan yang ditandai dengan pernapasan yang lambat serta dangkal, yang mencegah cukup oksigen yang dihirup dan karbon dioksida untuk menumpuk di dalam tubuh. Penumpukan karbon dioksida dalam darah dikenal sebagai hiperkapnia.
Kondisi ini dapat menyebabkan kadar asam dalam darah meningkat, menyebabkan masalah kesehatan dan bahkan menempatkan Anda pada risiko gagal pernapasan. Oleh karena itu, hipoventilasi harus segera ditangani untuk menghindari komplikasi yang mengancam jiwa.
Kemungkinan penyebab hipoventilasi
Hipoventilasi atau depresi pernafasan dapat disebabkan oleh beberapa kondisi yang dapat menyebabkan laju nafas per menit menjadi terlalu lambat atau terlalu dangkal (nafas pendek). Berikut adalah beberapa kemungkinan penyebab hipoventilasi yang harus Anda waspadai.
Penyakit Neuromuskular
Beberapa kondisi neuromuskular dapat menyebabkan otot yang mengontrol pernapasan melemah. Impuls pernapasan masih utuh, tetapi kontrol otot-otot pernapasan terganggu. Akibatnya, pola pernapasan Anda menjadi lemah dan dangkal.
Malformasi Dinding Dada
Deformasi dinding dada dapat mengganggu kemampuan fisik yang berhubungan dengan frekuensi pernapasan dan fungsi paru-paru.
Obesitas Parah
Obesitas yang parah dapat menyebabkan sesak napas ketika tubuh bekerja lebih keras untuk bernapas tetapi kurang efektif. Hipoventilasi akibat obesitas dikenal sebagai sindrom hipoventilasi obesitas (OHS).
Jika dibiarkan, gangguan pernapasan ini dapat menyebabkan komplikasi berupa sleep apnea, suatu kondisi yang menyebabkan pernapasan berhenti sementara saat pasien tertidur.
Penyakit Saraf atau Cedera Kepala
Penyakit saraf atau cedera kepala juga dapat menyebabkan hipoventilasi karena hilangnya kemampuan otak untuk mengontrol fungsi pernapasan.
Penyakit Paru-Paru Kronis
Kondisi paru-paru kronis, seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau cystic fibrosis, juga dapat menyebabkan saluran udara tersumbat, yang menyebabkan hipoventilasi.
Selain kondisi medis, hipoventilasi juga dapat terjadi sebagai efek samping dari obat-obatan tertentu. Berbagai jenis obat dapat menyebabkan gangguan pernapasan, yaitu antidepresan sistem saraf pusat yang dikonsumsi dalam dosis besar, alkohol, obat penenang, opioid, benzodiazepin, dan sebagainya.
Cara mengatasi hipoventilasi
Jika hipoventilasi disebabkan oleh obat-obatan, dokter mungkin berhenti minum obat dan meresepkan obat lain yang tidak akan mengganggu fungsi pernapasan.
Masalah pernapasan yang disebabkan oleh obesitas mungkin memerlukan perubahan pola makan dan gaya hidup untuk mengobatinya. Prosedur bedah mungkin diperlukan untuk mengobati kelainan bentuk dinding dada.
Obat-obatan, termasuk obat inhalasi yang membuka saluran udara, dapat diberikan kepada orang-orang dengan hipoventilasi yang disebabkan oleh penyakit paru-paru kronis. Terapi oksigen dapat membantu pernapasan.
Mesin Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) atau Bilevel Positive Airway Pressure (BiPAP) dapat digunakan untuk menjaga jalan napas tetap terbuka selama tidur. Metode ini dapat digunakan jika sleep apnea adalah penyebab hipoventilasi.
Pengobatan penyakit pernapasan juga dapat dibantu dengan melatih kembali teknik pernapasan. Metode ini berguna untuk melatih kontrol laju pernapasan, pernapasan diafragma, mengontrol atau menurunkan volume tidal, dan melatih pernapasan santai.